KataMini

KataMini

Senin, 15 November 2010

Mengapa Sastra?


sebab awal sastra adalah dongeng, begitu pula ujungnya
--Borges

Saya teringat dengan kata-kata teman saya ketika kami berdiskusi di pojok warung Semarang. Begini kata-katanya atau lebih tepatnya pertanyaan, Nyapo koe milih sastra, gung, ora seni rupa opo seni musik? (baca: mengapa memilih sastra, gung, bukan seni rupa atau seni musik?) Pertanyaan tersebut setidaknya menggelitik saya dan membuat saya berpikir ulang, “Mengapa ya saya memilih sastra?” Terus saya jawab dengan entengnya, yo mergo aku seneng karo cerito (baca: ya, karena aku senang dengan cerita). Saya berjibaku dengan pikiran-pikiran liar. Menurut saya pertanyaan tersebut setidaknya menguatkan pilihan saya untuk terus menyelami sastra lebih dalam dan bukan sekedar berenang di permukaan air saja. Dan pertanyaan tersebut menyadarkan saya bahwa sastra memang akan terus dipandang sebelah mata oleh bidang-bidang lain bahkan bidang seni itu sendiri.
Bagi saya sastra itu unik. Ia menggunakan bahasa sebagai medium, seninya, bukan seperti warna pada seni rupa, atau nada pada seni musik. Kedua medium tersebut tak bermakna jika tidak dikomposisikan sedemikian rupa. Namun, sastra menggunakan bahasa yang sebelum digunakan sudah mempunyai arti. Sastra adalah dongeng, seperti yang diucapkan Borges, sebab awal sastra adalah dongeng, begitu pula ujungnya. Bagaimanapun sastra hanya sebatas dongeng pengantar tidur atau semacam pelepas kepenatan hidup bagi orang-orang kebanyakan. Apalah artinya sebuah dongeng yang hanya didengar sepintas lalu. Tapi, saya tetap percaya pada sastra, apapun bentuknya, apapun jenisnya, baik atau buruk, sastra akan tetap merekam segala yang tak terekam melalui dongeng-dongeng pengantar tidur. Selama orang-orang masih punya buku harian dan pulpen atau pensil yang dijual di toko buku, selama orang-orang masih punya facebook, twitter, blog, blackberry, iphone, netbook selama itu sastra akan tetap hidup.
Dalam KataMini edisi ketiga, dongeng-dongeng kembali ditulis. Dongeng tentang teori sastra ditulis Meidy Benjamin Kautsar. Ia menulis, atau lebih tepatnya menyarikan, dongeng yang sama ditulis oleh Rene Wellek dan Austin Warren mengenai teori kesusastraan. Dongeng kedua ditulis oleh Amri Mahbub Alfathon mengenai androginitas dalam karya sastra. Tulisannya merupakan penafsiran terhadap dongeng lainnya. Dongeng ketiga, dongeng tentang Petrus yang ditulis oleh Aditya Rn. Petrus yang telah lama hilang kembali dihadirkan dalam narasi pendek dan padat. Dongeng keempat, orbituari senja. Lagi-lagi senja menjadi kata yang paling digemari oleh pendongeng karena sering dipakai oleh penyair, semenjak Amir Hamzah hingga sekarang, kata senja seakan mempunyai kadar puitis tersendiri. Dongeng keempat, catatan 4 November, catatan tentang bison yang bisa terbang. Impian Kinanti, mungkin ingin melihat bison terbang seperti yang ada di serial televisi Avatar Aang. Dongeng kelima, sandiwara-sandiwara kecil yang ditulis oleh Rebecca Kezia. Dongeng keenam merupakan tinjauan buku dongeng pula. Keenam orang tersebut bagi saya adalah pendongeng dan tentu saja mereka suka dongeng seperti saya.
Sebagai pengantar dongeng, saya hanya ingin mengucapkan selamat menikmati dongeng-dongeng dan siapkan beberapa kertas dan pena untuk menulis dongeng lagi dan lagi.
Depok, November 2010
Agung Dwi Ertato

Daftar Isi

 


1 komentar: